Connolly (1999) mengenalkan Elastic Impedance untuk melihat hasil inversi pada far offset. EI adalah fungsi dari α, β, ρ, and θ. Permasalahan yang timbul dari perumusan ini adalah dimensi dari Elastic Impedance yang tidak tetap, dimana dimensi EI terus berubah seiring dengan berubahnya nilai sudut yang diberikan sehingga akan sulit membandingkan EI pada sudut tertentu dengan EI pada sudut yang lainnya.
Whitcombe (2001) merevisi definisi dari EI untuk menghilangkan ketergantungan pada dimensi dari sudut θ, dengan menggunakan konstanta normalisasi. Whitcombe et. al. (2000) mengenalkan Extended Elastic Impedance, EEI, sebagai generalisasi Elastic Impedance, yang memungkinkan inversi dapat dilakukan pada data yang tuned baik terhadap litologi ataupun fluida. Selain itu, konsep gradient impedance, GI , diperkenalkan. Perubahan dalam hasil GI dalam gradient reflection coefficient, B. EEI merupakan fungsi dari α, β, ρ dan χ. EEI cenderung sebagai AI saat χ cenderung nol, dan cenderung GI saat χ cenderung 90 derajat. Dimana χ merupakan mathematical transform, dapat divisualisasikan sebagai rotasi pada sudut AIGI crossplot.
Crossplot antara AI dengan GI bertujuan memisahkan antara litologi dengan fluida sehingga akan dapat dilihat arah dari proyeksi litologinya dan arah dari proyeksi fluidanya. Selanjutnya dari proyeksi litologi dan proyeksi fluida akan didapatkan sudut EEI dari kemiringan masing-masing proyeksi tersebut yang merupakan sudut dimana antara litologi dengan fluida terpisah secara maksimal.
Gambar dibawah menunjukkan bahwa pada sumbu-x adalah Acoustic Impedance (AI) yang merupakan nilai EEI pada sudut 0 derajat sedangkan sumbu-y merupakan nilai dari Gradient Impedance (GI) yang merupakan nilai EEI pada sudut 90 derajat.
AIGI crossplot menunjukkan posisi dari shale dan proyeksi ortho-fluid, yang dirancang untuk meminimalkan pemisahan antara tiga fase fluida. Dalam hal ini proyeksi proyeksi ortho-fluid memberikan proyeksi yang baik antara shale-sand, atau proyeksi 'litologi'.
No comments:
Post a Comment