October 4, 2009

Tektonik Lempeng

Bermula dari berabad-abad yang lalu, ketika beberapa pengamat peta bumi menunjukkan adanya kesamaan bentuk garis pantai timur Amerika selatan dan Afrika barat. Diantaranya adalah Sir Francis Bacon (1620), lalu Antonio Schneider Pellegrini (1855) menunjukkan bahwa kedua benua ini bersatu. Akibatnya timbullah pemikiran bahwa semula kedua benua itu bersatu dan akhirnya berpisah.

Alfred Wegener (1912), mengumumkan konsep Apungan Benua (Continental Drift), dalam monografi The origin of Continents and Oceans. Hipotesis utamanya adalah adanya satu super kontinen yang dinamakan Pangea (artinya semua daratan) yang dikelilingi Panthalassa (semua lautan). Sekitar 200 juta tahun yang lalu super kontinen ini pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil. Pada masa itu terjadi pro-kontra akan teori ini, bagaimana suatu massa benua yang besar bisa mengapung dan bergerak diatas bumi yang padat, dan pada saat itu belum adanya bukti-bukti yang mendukung teori tersebut, sehingga Wegener mengumpulkan bukti-bukti untuk mendukung hipotesanya selain kesamaan garis pantai, dijumpai pula kesamaan fosil, struktur dan batuan.

A du Toit (1937), mempunyai pemikiran bahwa semula ada dua super kontinen, disebelah utara dinamakan Laurasia (Amerika utara, Greenland, Eropa, dan Asia). Sedangkan di bagian selatan dinamakan Gondwana (Amerika selatan, antartika, afrika, madagaskar, india, dan australia). Kedua super kontinen ini dipisahkan oleh samudera Paleo Tethys.

Sejarah Perkembangan Bumi

Teori Tektonik Lempeng adalah teori dalam bidang geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi, teori ini telah mencakup dan juga menggantikan teori Continental Drift yang lebih dahulu dikemukakan pada paruh pertama abad ke-20.

Prinsip kunci Tektonik Lempeng adalah adanya lempeng litosfer yang padat dan kaku "terapung" diatas selubung bagian atas yang bersifat plastis. Bagian selubung bagian atas mendekati lebur atau dapat dikatakan hampir cair, sehingga masuk akal bila litosfer mengapung diatasnya.

Kerak bumi dan selubung teratas bersifat padat disebut litosfer, ketebalan litosfer ini tidak sama diseluruh permukaan bumi. Dibawah samudera tebalnya sekitar 50 km, sedangkan dibawah benua sekita 100 km. Lapisan dibawahnya adalah astenosfer yang artinya lapisan lentur, tidak kaku, bersifat plastis. Lapisan ini sampai kedalaman 500 km didalam selubung. Plastisitas bagian atas lapisan ini dikarenakan sifatnya yang hampir melebur (partial melting).
Susunan Bumi

Di bumi, terdapat tujuh lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng yang lebih kecil. Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng secara :
1) Divergen, lempeng-lempeng bergerak saling menjauh, mengakibatkan material dari selubung naik ke atas dan membentuk lantai samudera baru.
2) Konvergen, lempeng-lempeng bertemu menyebabkan salah satu lempeng masuk ke selubung menyusup dibawah yang lain.
3) Transform, lempeng saling bergesekan, bergerak sejajar namun berlawanan arah.
Tiga jenis batas lempeng (Courtesy Wikipedia Indonesia)

Mengapa lempeng bergerak ?
Belum diketahui penyebab secara pasti, namun yang banyak diterima saat ini adalah adanya arus konveksi pada selubung atau mantel. Energi panas dalam hal ini adalah panas bumi. Panas bumi tidak tetap tersimpan di pusat bumi, melainkan menyebar keluar sepanjang waktu. Berarti bumi mendingin dengan cepat dan kehilangan panasnya yang terkonsentrasi akibat gravitasi puluhan juta tahun yang lalu. Panas dari dalam akan keluar dengan cepat, akan tetapi karena cara konduksi dan radiasi panas melalui batuan sangatlah lambat, maka cara yang cepat adalah konveksi panas yang melambatkan gerak cairan.

No comments:

Post a Comment